Onenews Magazine Edisi VI
sapa redaksi
Media dan Bahasa
India misalnya mengakui 22 bahasa nasional, namun hanya Hindi dan Inggris yang diakui sebagai bahasa resmi. Terbukti dalam sejarahnya, Bahasa Indonesia jadi alat perjuangan gagasan kebangsaan yang paling sukses. Pada awal abad 20 kita menyaksikan ledakan ekspresi politik modern disampaikan dalam Bahasa Indonesia pada surat kabar, majalah dan buku buku.
Di masa itu jurnalis mengenalkan prinsip pers perjuangan berbahasa Indonesia. Dalam perkembangannya Bahasa Indonesia ternyata dapat digunakan sebuah alat mengutarakan gagasan, ide, pemikiran yang modern bagi semua orang.
Para redaktur dan penulis yang mengampu ratusan media berasal dari berbagai kalangan, ada orang semacam Raden Mas Tirtoadhisoerjo yang seorang ningrat terpelajar, ada pula orang seperti Semaoen yang hanya lulusan Sekolah Dasar, tapi terbiasa menyampaikan propagandisnya di organisasi Serikat Buruh Kereta Api. Kesemarakan terjadi karena Bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa Melayu Pasar mamang secara pembentukannya sangat demokratis, bisa menampung, menyerap segala pengaruh, terbuka dan egaliter.
Demikian, dengan lihai para pengampu media menggunakan bahasa untuk menggiring makna yang diinginkan.
Kata “Meneer” yang dalam Bahasa Belanda saat itu berarti terhormat diganti menjadi “Babah” yang berkonotasi rakus dan serakah. Kata Priyayi yang oleh pers Belanda dikaitkan dengan kelompok yang mau diajak kerjasama, oleh pers pribumi dengan cerdik disebut jadi “tukang jilat pantat”. Kata “rakyat” saat itu di media massa kerap diganti dengan sinonim “kaum tertindas” atau “kaum kromo”. Akibatnya, gagasan kebangsaan mendapat dukungan yang sangat besar dari rakyat Indonesia.
Kini bagaimana bahasa Indonesia digunakan dalam media kiwari? Saya kira ini masih jadi pekerjaan rumah kita bersama. Media sebagai pengguna dan perawat utama Bahasa Indonesia jangan abai atau bahkan “merusak” warisan terbaik pemuda kita di era 1928.
Salah satu ancaman saat ini adalah banyaknya penggunaan akronim dan bahasa asing pada media massa kita. Kita perlu mencontoh media media yang punya tradisi lebih panjang, seperti Tempo dan Kompas banyak menyerap Bahasa daerah dalam artikel artikel mereka untuk menggantikan kata kata asing.
Syahdan, kata santai misalnya (seperti ditulis oleh Goenawan Mohamad) adalah kerja keras dari Bur Rasuanto, penanggung jawab rubrik ekonomi yang merasa kata “rileks” tidak cukup lokal. Saat itu ada gairah besar di jajaran redaksi agar para penulis mencari padanan lokal untuk bahasa asing yang kerap disebut para pejabat. Dengan cerdik Bur menggantinya “rileks” dengan santai dari Bahasa Komering di Sumatera Selatan, kampung halamannya. Pilihan ini lalu dianggap sebagai kewajaran bertahun tahun setelahnya. Enam tahun kemudian, santai digunakan dalam lirik lagu Rhoma Irama. Semangat serupa harus terus kita tularkan pada penulis penulis baru di media massa: kurangi akronim, cari padanan lokal untuk bahasa asing.
Wassalam
- DEWAN REDAKSI:
- Lalu Mara Satriawangsa
- PIMPINAN REDAKSI:
- Ecep Suwardaniyasa Muslimin
- REDAKTUR PELAKSANA:
- Chandra Hendrik Hasudungan Manurung,
- Irianto Susilo,
- Fauzie Pradita Abbas,
- Bajo Winarno,
- Muhammad Ivan Rida,
- Fikri Syaukani,
- Budi Zulkifli,
- Hentty Kartika,
- Muhammad Takbir,
- Fajar Sodik,
- FJosua Jon Crissandro
- KOORDINATOR LIPUTAN:
- Sukardani
- SEKRETARIAT REDAKSI:
- Satria Aji Prasojo,
- Caren Gloria Jessica
- REDAKTUR:
- Evan Bayu Setianto,
- Rohaimi,
- Putri Rani,
- Luthfi Khairul Fikri,
- Subhan Wirawan,
- Novianti Siswandini,
- Mumu Mujahidin,
- Aqmarul Akhyar,
- anggeng Kusdiantoro,
- Rizki Amana,
- Inas Widyanuratikah,
- Reni Ravita Pajri,
- Hartifiany Praisra,
- Ferdyan Adhy Nugraha,
- Muhammad Indmas,
- Akmal Ghani,
- Karina Maghvira R,
- Ammar Ramzi,
- Farhan Alam,
- Ahmad Imanuddin,
- Gigih Wahyuningsih,
- Adeline Kinanti,
- Farhan Erlangga,
- Rahayu Trisna Sari,
- Anisa Sri Isnaini,
- Hilal Aulia Pasha,
- Reinaldy Darius,
- Dean Pahrevi,
- Hansen Sinaga,
- Rilo Pambudi,
- Hanny Nur Fadhilah,
- Kevi Laras Wana,
- Tesya Juwita Larasati,
- Angelia Nafriana
- REPORTER:
- Syifa Aulia,
- Caren Gloria Jessica,
- Abdul Gani Siregar,
- Rika Pangesti,
- Aldi Herlanda,
- Ilham Giovani Pratama
- FOTOGRAFER:
- Julio Trisaputra,
- Muhammad Bagas Syafii
- DESAIN GRAFIS:
- Wildan Mustofa,
- Muhammad Rheza,
- Raihan Omar Budihawali,
- Zidane Rizqi Abdurrahman Rodja
- DATA ANALISIS:
- Muhammad Haikal,
- Muhammad Arif Wibisono,
- Wahid Nurul Hidayat