Onenews Magazine - Edisi VII
kedua
Kisah Tanam Singkong Tumbuh Jagung dalam Polybag
Saat itu food estate di Gunung Mas merupakan bagian Program Strategis Nasional 2020-2024 yang ditujukan sebagai solusi di tengah ancaman krisis pangan dan mengantisipasi kepadatan jumlah penduduk. Jokowi mengalokasikan dana Rp104,2 triliun untuk menjaga ketahanan pangan pada 2021 untuk pengembangan food estate yang dikomandoi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Disebut proyek food estate atau lumbung pangan karena mengantisipasi Indonesia dari ancaman krisis pangan, seperti yang diperingatkan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Jokowi lalu memerintahkan BUMN untuk melakukan cetak sawah di Kalimantan Barat.
Namun seiring waktu, Pemerintah akhirnya menetapkan pengembangan lumbung pangan di kawasan aluvial pada lahan eks Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Provinsi Kalimantan Tengah. Proyek ini pun telah menjadi salah satu Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024.
Sejumlah kementerian dilibatkan untuk menggarap bersama proyek food estate seluas 165 ribu hektare ini, mulai dari Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian BUMN, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Desa PDTT.
Namun proyek food estate kebun singkong Kemenhan pada akhirnya gagal karena tidak berhasil tumnuh. Kini diambil alih Kementan dengan mengganti singkong menjadi jagung. Namun, proses peralihan tanaman singkong menjadi jagung sempat menghebohkan publik. Sebabnya adalah dihebohkan hamparan ladang jagung yang subur dan hijau, ternyata ditanam pada polybag (pot).

- Greenpeace Indonesia
Padahal, untuk program food estate sudah terlanjur menghancurkan hutannya. “Kalau cuma menanam jagung dalam polybag, ya bikin saja polybag di lahan parkir gedung Kementerian. Ngapain harus hancurin hutan Indonesia?” ujar perwakilan Greenpeace.
Kenapa proyek food estate di Gunung Mas menemui kegagalan? Seorang pejabat di Balai Penerapan Standar Instrumen (BPSI) Pertanian Kalimantan Tengah kepada BBC News Indonesia mengakui lahan di Gunung Mas, Kalteng “tidak bisa” dan “berat” untuk ditanami singkong, karena lahan yang mayoritas pasir kuarsa yang nyaris nol unsur hara. Jika pun ada tanaman jagung yang ditanam di tanah bekas kebun singkong, pertumbuhannya “tak begitu baik.”
Pada akhirnya BPSI Kalteng tidak membantah jika mereka menggunakan polybag. “Tapi itu bukan satu-satunya,” kata seorang pejabatnya. Mereka juga menggunakan metode tanam larikan. Tujuannya, demikian BPSI Kalteng, untuk mencari tahu mana yang lebih efisien dan efektif untuk mengembangkan tanaman jagung di lahan yang miskin unsur hara.
Namun, Direktur Walhi Kalteng, Bayu Herinata menganggap proyek menanam jagung dalam pot tak lebih dari justifikasi atau pembenaran pemerintah bahwa lahan mangkrak tersebut masih bisa dikelola. Caranya ya dengan memanfaatkan komoditas tanaman yang paling cepat beradaptasi di semua jenis tanah yakni jagung.
Pola-pola serupa ternyata Walhi temukan di beberapa tempat yang pernah dilakukan proyek pertanian skala besar. Walhi juga menemukan di kawasan Gunung Mas, Kalteng, tidak ada masyarakat sekitar yang bekerja menjadi petani.
Bahkan, ketika PDI Perjuangan dan Jokowi mulai bersimpang jalan, borol borok food estate mulai dibuka pada publik oleh partai Banteng. Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menyebut proyek lumbung pangan/food estate yang saat ini dikerjakan pemerintah Jokowi merupakan bagian dari kejahatan lingkungan.
“Kami memberikan suatu catatan yang sangat kuat terkait dengan upaya yang telah dilakukan oleh Presiden Jokowi untuk membangun food estate,” kata Hasto Kristiyanto.
Hasto Kristiyanto pun menyebut proyek lumbung pangan/food estate yang saat ini dikerjakan pemerintah merupakan bagian dari kejahatan lingkungan.
Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Arie Rompas, mengatakan, program yang dijalankan lintas kementerian tersebut membuat masyarakat setempat harus meninggalkan kebiasaan perladangan tradisional.
”Food estate yang dimaksudkan untuk mengatasi krisis pangan, dilakukan dengan menghilangkan pangan lokal. Pangan-pangan lokal yang dihilangkan justru membuat masyarakat setempat mengalami krisis pangan,” kata Arie.
Arie mencontohkan, di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, misalnya, sekitar 600 hektare dijadikan daerah lokasi penanaman lumbung pangan nasional dengan komoditas singkong. Namun, lahan singkong tersebut tak kunjung panen dan justru mangkrak. Masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari program food estate tersebut, di sisi lain, lahan mereka untuk mendapatkan sumber pangan lokal telah berubah menjadi lahan tandus.
Padahal, sebelum berubah jadi kebun singkong, hutan itu adalah tumpuan penduduk setempat mengambil kayu untuk membangun rumah, berburu kancil dan babi, serta mencari ramuan tradisional. Kini, semua itu hilang. Termasuk lahan seluas empat hektare yang secara turun-temurun ditanami sayur terong, kacang panjang, kundur, dan pohon karet oleh keluarganya. Dan mimpi ketahanan pangan, proyek food estate seluas 165 ribu hektare kini disebut sebagai kejahatan lingkungan.
Namun, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman membantah tudingan soal penanaman jagung menggunakan polybag atau pot di lahan food estate Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Amran mengatakan, penggunaan polybag hanya dilakukan pada benih percobaan. Tujuannya untuk mengetahui kondisi iklim dan seberapa besar pertumbuhan jagung yang akan ditanam.
“Itu pun hanya beberapa pot saja karena benih yang lain tetap menggunakan media tanah secara langsung,” kata Amran, seperti dikutip dari keterangan resmi pada Kamis, 21 Desember 2023. Amran juga memastikan Kementan bersama Kementerian Pertahanan (Kemenhan) akan terus mengembangkan jagung di lahan Food Estate Gunung Mas. (bwo)

- Onenews Magazine
- DEWAN REDAKSI:
- Lalu Mara Satriawangsa
- PIMPINAN REDAKSI:
- Ecep Suwardaniyasa Muslimin
- REDAKTUR PELAKSANA:
- Chandra Hendrik Hasudungan Manurung,
- Irianto Susilo,
- Fauzie Pradita Abbas,
- Bajo Winarno,
- Muhammad Ivan Rida,
- Fikri Syaukani,
- Budi Zulkifli,
- Hentty Kartika,
- Muhammad Takbir,
- Fajar Sodik,
- FJosua Jon Crissandro
- KOORDINATOR LIPUTAN:
- Sukardani
- SEKRETARIAT REDAKSI:
- Satria Aji Prasojo,
- Caren Gloria Jessica
- REDAKTUR:
- Evan Bayu Setianto,
- Rohaimi,
- Putri Rani,
- Luthfi Khairul Fikri,
- Subhan Wirawan,
- Novianti Siswandini,
- Mumu Mujahidin,
- Aqmarul Akhyar,
- anggeng Kusdiantoro,
- Rizki Amana,
- Inas Widyanuratikah,
- Reni Ravita Pajri,
- Hartifiany Praisra,
- Ferdyan Adhy Nugraha,
- Muhammad Indmas,
- Akmal Ghani,
- Karina Maghvira R,
- Ammar Ramzi,
- Farhan Alam,
- Ahmad Imanuddin,
- Gigih Wahyuningsih,
- Adeline Kinanti,
- Farhan Erlangga,
- Rahayu Trisna Sari,
- Anisa Sri Isnaini,
- Hilal Aulia Pasha,
- Reinaldy Darius,
- Dean Pahrevi,
- Hansen Sinaga,
- Rilo Pambudi,
- Hanny Nur Fadhilah,
- Kevi Laras Wana,
- Tesya Juwita Larasati,
- Angelia Nafriana
- REPORTER:
- Syifa Aulia,
- Caren Gloria Jessica,
- Abdul Gani Siregar,
- Rika Pangesti,
- Aldi Herlanda,
- Ilham Giovani Pratama
- FOTOGRAFER:
- Julio Trisaputra,
- Muhammad Bagas Syafii
- DESAIN GRAFIS:
- Wildan Mustofa,
- Muhammad Rheza,
- Raihan Omar Budihawali,
- Zidane Rizqi Abdurrahman Rodja
- DATA ANALISIS:
- Muhammad Haikal,
- Muhammad Arif Wibisono,
- Wahid Nurul Hidayat